Sebelumnya hari sabtu, gue enggak ingat lagi, kira-kira dua atau tiga hari sebelum hari sabtu, gue dan teman sekelas ditugaskan guru bahasa indonesia untuk mencari sebuah cerpen dan dan dijadikan tugas resensi. Bebas mau nyari di koran, majalah, di jemuran kain maupun dibawah tempat tidur.
Gue inget kalo dirumah, dulunya, almarhum ayah langganan koran setiap harinya. Jadi bisa dipastikan koran dalam satu minggu itu bisa numpuk. Ada satu spot di ujung ruang tamu tempat peletakan koran-koran yang telah disusun rapi. Namun setelah pindahan rumah, mungkin sudah digunakan untuk berbagai keperluan dan bisa jadi letak nya udah kemana. Jadi gue gak bisa nyari tugas kali ini. Ya gue berleha-leha dulu, berpikiran kalo temen gue juga banyak yang enggak bawa koran keesokan harinya.
Hari itu hari Sabtu, beberapa menit setelah jam penjas selesai, dan baju olahraga gue sedikit mengeluarkan bau yang enggak mengenakkan, basah karna keringat. Kebetulan kelas gue dapet jatah jam olahraga di sekitaran jam yang mana matahari masih awet panasnya. Setelah berganti pakaian, gue teringat dengan tugas bahasa indonesia, merensensi cerpen,
"Pada udah bawa koran belum, tugas bahasa indonesia" seru gue.
Banyak jawaban yang bilang, belum.
Setelah mengganti pakaian dan menjadi rapi lagi, gue sama temen-temen pergi ke perpustakaan. Jarak dari kelas menuju perpustakaan sekolah itu bisa dibilang hanya beberapa langkah, bisa saja 20 langkah, 30 langkah, atau 35 langkah. Namun setiap gue pergi ke perpus enggak pernah ngitung juga sih.
Tibalah di pintu masuk perpus. Di meja depan tempat peminjaman buku telah duduk satu orang yang bertugas menjadi pustakawan. Kami menanyakan koran hari minggu apakah ada, jawabnya liat saja di sana. Sambil menunjukkan ruang tersebut. Setelah mengambil dan meletakkan ke meja lalu mengobrak abrik beberapa tumpukan koran yang tersedia. Untuk rubrik yang ada memuat cerpen sendiri biasanya ada pada hari Minggu. Namun kami tidak menemukannya sama sekali. Sebenernya enggak harus di koran juga sih. namun boleh di cari di internet lalu di print. Kebetulan di pustaka ada dua unit komputer yang digunakan oleh pustakawan untuk keperluan banyak hal, dan siswa juga boleh menggunakannya untuk keperluan tugas.
Tapi masalahnya ada disini.
Di meja komputer pertama terlihat ada guru yang sedang menggunakannya. Dan di meja komputer yang satunya lagi ada seorang anak kecil, gue rasa ini anak nya pustakawan yang sedang bermain game. Usianya tiga sampai empat tahunan kira-kira. Ketika kami berempat mencoba mendekatinya, seketika dia mengambil ancang-ancang, seperti manusia yang ketakutan, membuka laci meja komputer dan terlihat mengambil suntik tinta printer, lalu menunjukkannya kepada kami!
Suntik printer, sebuah benda, benda yang memiliki jarum, dan besinya itu cukup runcing!
Dan juga dipegang oleh anak kecil yang bisa dibilang belum bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Kami pun sedikit menjauhi meja komputer tersebut. Bisa saja jarum suntik itu melayang, dan ...(bisa dibayangkan). Untuk menghindari cedera yang cukup serius dan bahkan bisa dibawa ke ugd. Kami ingat kami akan ujian nasional, lebih baik mengamankan diri saja.
Balik grak, langsung keluar dari pintu perpus. Diluar kami berlari-larian kecil sambil tertawa cekikikan. Bukan takutnya, namun ekspresi anak kecil yang mengacungkan suntik printer tadi juga lucu.
Kelanjutan cerpen yang kami cari? Kami menemukannya di sebuah kantin yang juga menyimpan beberapa koran bekas.
Gue inget kalo dirumah, dulunya, almarhum ayah langganan koran setiap harinya. Jadi bisa dipastikan koran dalam satu minggu itu bisa numpuk. Ada satu spot di ujung ruang tamu tempat peletakan koran-koran yang telah disusun rapi. Namun setelah pindahan rumah, mungkin sudah digunakan untuk berbagai keperluan dan bisa jadi letak nya udah kemana. Jadi gue gak bisa nyari tugas kali ini. Ya gue berleha-leha dulu, berpikiran kalo temen gue juga banyak yang enggak bawa koran keesokan harinya.
Hari itu hari Sabtu, beberapa menit setelah jam penjas selesai, dan baju olahraga gue sedikit mengeluarkan bau yang enggak mengenakkan, basah karna keringat. Kebetulan kelas gue dapet jatah jam olahraga di sekitaran jam yang mana matahari masih awet panasnya. Setelah berganti pakaian, gue teringat dengan tugas bahasa indonesia, merensensi cerpen,
"Pada udah bawa koran belum, tugas bahasa indonesia" seru gue.
Banyak jawaban yang bilang, belum.
Setelah mengganti pakaian dan menjadi rapi lagi, gue sama temen-temen pergi ke perpustakaan. Jarak dari kelas menuju perpustakaan sekolah itu bisa dibilang hanya beberapa langkah, bisa saja 20 langkah, 30 langkah, atau 35 langkah. Namun setiap gue pergi ke perpus enggak pernah ngitung juga sih.
Tibalah di pintu masuk perpus. Di meja depan tempat peminjaman buku telah duduk satu orang yang bertugas menjadi pustakawan. Kami menanyakan koran hari minggu apakah ada, jawabnya liat saja di sana. Sambil menunjukkan ruang tersebut. Setelah mengambil dan meletakkan ke meja lalu mengobrak abrik beberapa tumpukan koran yang tersedia. Untuk rubrik yang ada memuat cerpen sendiri biasanya ada pada hari Minggu. Namun kami tidak menemukannya sama sekali. Sebenernya enggak harus di koran juga sih. namun boleh di cari di internet lalu di print. Kebetulan di pustaka ada dua unit komputer yang digunakan oleh pustakawan untuk keperluan banyak hal, dan siswa juga boleh menggunakannya untuk keperluan tugas.
Tapi masalahnya ada disini.
Di meja komputer pertama terlihat ada guru yang sedang menggunakannya. Dan di meja komputer yang satunya lagi ada seorang anak kecil, gue rasa ini anak nya pustakawan yang sedang bermain game. Usianya tiga sampai empat tahunan kira-kira. Ketika kami berempat mencoba mendekatinya, seketika dia mengambil ancang-ancang, seperti manusia yang ketakutan, membuka laci meja komputer dan terlihat mengambil suntik tinta printer, lalu menunjukkannya kepada kami!
Suntik printer, sebuah benda, benda yang memiliki jarum, dan besinya itu cukup runcing!
Dan juga dipegang oleh anak kecil yang bisa dibilang belum bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Kami pun sedikit menjauhi meja komputer tersebut. Bisa saja jarum suntik itu melayang, dan ...(bisa dibayangkan). Untuk menghindari cedera yang cukup serius dan bahkan bisa dibawa ke ugd. Kami ingat kami akan ujian nasional, lebih baik mengamankan diri saja.
Balik grak, langsung keluar dari pintu perpus. Diluar kami berlari-larian kecil sambil tertawa cekikikan. Bukan takutnya, namun ekspresi anak kecil yang mengacungkan suntik printer tadi juga lucu.
Kelanjutan cerpen yang kami cari? Kami menemukannya di sebuah kantin yang juga menyimpan beberapa koran bekas.
Hahahaha jadi kalian bisa dibuat takut sama anak kecil? Mantuuulll yes mantap betuull!! hahahaha. Bukan takut sama anak kecilnya sih kayaknya, lebih tepatnya sama yang dipegang anak kecilnya ya kannn? Hahaha xD
BalasHapuswillynana.blogspot.com
Wkwkwkwkwk. Ada-ada saja. :'D
BalasHapusngakak :v Visit back ya
BalasHapusKok ngakak ya saya :v. Sleding aja anak kecilnya itu :v.
BalasHapusngakak in the hole, kwkwkw
BalasHapusVIDEO ABG AMOY SANGE BUGIL, LANGSUNG AJA KLIK LINK INI UNTUK LIHAT VIDEONYA :
BalasHapushttps://sukacurhat.com
baca bikin ketawa, walaupun saya juga takut jarum suntik hehe
BalasHapusDaftar FB
login FB
facebook
Download Facebook Lite