Alkisah ada seorang pekerja yang bekerja di sebuah perusahaan. Perusahaan yang bisa dibilang tidak terlalu besar. Posisinya di perusahaan tersebut hanyalah pekerja biasa, tidak kurang dan tidak elite. Namun pada suatu hari, ia pernah berkata, "Aku akan menjadi "raja" di sebuah perusahaan". Berkat ketekunan dalam melakukan sesuatu dan juga konsisten, maka ia berhasil mewujudkan perkataan yang pernah ia bilang.
Ada yang melihat bagaimana sebuah tim yang dikuasai oleh milyuner asal Thailand, Vichai Srivaddhanaprabha, Leicester City (baca: Lester) akhir-akhir ini? Tentu saja, gue sebagai penikmat sepakbola eropa, khususnya Liga Inggris tentu saja terkagum-kagum melihat tim promosi yang satu ini. Bagaimana bisa terjadi tim yang musim ini baru promosi dari satu kasta dibawah Premier League, langsung saja bisa berdigdaya, memenangkan pertandingan, terus konsisten, dan akhirnya tim asuhan Claudio Ranieri, sukses mengantarkan anak asuhnya menyabet trofi Premier League. Yang perlu diketahui, di dalam materi skuad tidak ada pemain yang terlalu menonjol dari segi kualitas. Hanya pemain yang biasa-biasa saja yang digaet untuk memenuhi kebutuhan tim.
Seluruh tim di liga inggris kocar kacir melawan klub yang berpemain "biasa-biasa" saja. Lalu bagaimanakah semua ini bisa terjadi? Karena sedang hangatnya tentang tim yang baru saja juara liga inggris ini, gue tertarik untuk membahasnya di tulisan kali ini.
***
Semua bermula dari sini, pada 22 April 2014. Kemenangan Leicester City 1-0 atas Bolton mengantarkan The Foxes menjuarai Championship dengan 102 point di akhir musim, 46 kali tanding. Lalu pada musim 2014/15 mereka resmi naik tahta ke premier league. Di musim pertamanya di premier league, Leicester City cukup bermain baik sebagai tim promosi. Teteapi, walaupun sering hasil akhir yang dimainkan pasukan Claudio Ranieri hanya skor tipis, Leicester berhasil bermain dengan konsisten. Lihat saja enam laga terakhir, imbang melawan Chelsea, menang melawan Everton, imbang versus Man.United, menang lawan Swansea, imbang melawan West Ham, dan menang melawan Sunderland. Pertandingan demi pertandingan dilalui oleh The Foxes, and well done!
Leicester City is the champions Barclays Premier League
Gue pun sebelumnya sudah menerka-nerka di pertengahan musim, melihat kedigdayaan Leicester City melawan klub papan bawah, tengah, dan bahkan papan atas sekalipun. Gue sudah berkata mantap Leicester akan juara liga inggris musim ini. What a football history! Namun yang gue herankan, Leicester City juara dengan skuad yang bisa dibilang biasa-biasa saja. Tidak ada pemain yang terlalu menonjol, alias skuad asuhan Ranieri merata. Tapi dengan meratanya skuad tersebut, membuat Ranieri lebih mudah untuk menyusun skema formasi. Entah Ranieri punya jurus jitu, atau punya tangan dingin sampai akhirnya bisa mengantarkan Leicester ke tahta tertinggi. Berkat apa? Karena salah satunya adalah Ranieri tak memberikan tekanan dan cukup dekat dengan pemain.
"Terkadang kami duduk satu meja makan malam dan saya khawatir porsi makan mereka. Saya tak pernah melihat mereka lapar. Pada mulanya saya terkejut, kemudian saya belajar tersenyum. Jika mereka bisa melaju lebih baik, mereka boleh makan sesukanya. Kami hanya bersenang senang. Mereka harus rileks dan tak perlu terburu-buru," sebut Ranieri, yang gue kutip dari Bolanet.
Claudio Ranieri memang pelatih yang tahu akan kebutuhan pemainnya. Dia tak memberikan tekanan, dan apapun yang bisa membebani pemainnya. Dia membebaskan apapun kepada pemainnya asalkan itu bisa menyuntikkan semangat dan daya juang pemain saat dilapangan. Gue gak nyangka Claudio Ranieri seperti ini di Leicester, dulunya ia juga pernah melatih Chelsea dan akhirnya dipecat oleh petinggi klub, Roman Abramovic. Dan banyak lagi klub-klub lainnya yang menjadi petualangan The Tinkerman, julukan Ranieri. Tapi di singgasana Leicester City lah menurut gue ia sukses sebagai pelatih. Menurut gue, Ranieri berhasil berkaca dan belajar dari pengalaman-pengalaman buruk selama menangani tim-tim beken di Eropa. Dan ia belajar banyak dan pelajaran berharga yang ia dapatkan itu ia implementasikan ke Leicester City.
Dan lihat Leicester yang sekarang, JUARA.
Dari sini kita bisa melihat, belajar dari pengalaman, selalu konsisten, dan tidak pantang menyerah adalah kunci kesuksesan. Kita bisa melihat, skuad Leicester hanya biasa-biasa saja, tetapi akibat selalu melakukan hal "kecil" tapi selalu konsisten, pasti akan membuahkan hasil. Lihat saja, walau menang 1-0 pun itu lebih berarti daripada kalah 5-6. Itulah hal kecil yang gue katakan konsisten.
Congrats Leicester City, Well done.
Leicester City is the champions Barclays Premier League
Gue pun sebelumnya sudah menerka-nerka di pertengahan musim, melihat kedigdayaan Leicester City melawan klub papan bawah, tengah, dan bahkan papan atas sekalipun. Gue sudah berkata mantap Leicester akan juara liga inggris musim ini. What a football history! Namun yang gue herankan, Leicester City juara dengan skuad yang bisa dibilang biasa-biasa saja. Tidak ada pemain yang terlalu menonjol, alias skuad asuhan Ranieri merata. Tapi dengan meratanya skuad tersebut, membuat Ranieri lebih mudah untuk menyusun skema formasi. Entah Ranieri punya jurus jitu, atau punya tangan dingin sampai akhirnya bisa mengantarkan Leicester ke tahta tertinggi. Berkat apa? Karena salah satunya adalah Ranieri tak memberikan tekanan dan cukup dekat dengan pemain.
"Terkadang kami duduk satu meja makan malam dan saya khawatir porsi makan mereka. Saya tak pernah melihat mereka lapar. Pada mulanya saya terkejut, kemudian saya belajar tersenyum. Jika mereka bisa melaju lebih baik, mereka boleh makan sesukanya. Kami hanya bersenang senang. Mereka harus rileks dan tak perlu terburu-buru," sebut Ranieri, yang gue kutip dari Bolanet.

Dan lihat Leicester yang sekarang, JUARA.
Lalu yang menarik perhatian gue, salah satu bomber The Foxes, Jamie Vardy, dulunya bekerja siangnya sebagai buruh pabrik dan malamnya bermain sepakbola. Sambil ia dikontrak untuk bermain di Stocksbrigde Park Steels, divisi satu selatan, ia mempunyai pekerjaam sambilan dengan menjadi buruh pabrik.
"Siang hari saya bekerja berjam-jam kemudian bermain sepakbola pada malam hari. Saya teknisi serat karbon. Memasukkan fiber ke dalam cetakan." kata Vardy dilansir oleh The Mirror.
Setelah dari klub Stocksbrigde Park Steels, Vardy pindah ke Halifax. Namun ia tak tampil maksimal karena kondisinya sering tidak fit dan juga kadang cedera karena ia juga menyambil sebagai buruh pabrik. Kontraknya di putus lalu hijrah ke Fletwood Town. Setelah beberapa musim bermain di Fletwood, Vardy diintai oleh pencari bakat Leicester City yang sudah memantaunya sejak Vardy berusia 28 tahun. Karena bakatnya sebagai pesepakbola tercium, direkrutlah ia ke Leicester City dengan mahar 1 juta pounds.
And now, Vardy has been changed
Ia yang dulunya buruh pabrik, sekarang sudah sukses dengan karier sepakbolanya
Ia yang dulunya sering cedera, kini ia telah bisa membuktikan kalo ia bisa menjadi pebola hebat
Ia kini telah membela panji negaranya, Inggris.
Dan, ia kini membawa Leicester City menjuarai trofi Premier League
Vardy, ialah pekerja yang gue sebutkan di awal postingan ini. Dialah sang rajanya
Konsisten adalah kebiasaan para juara
Dari sini kita bisa melihat, belajar dari pengalaman, selalu konsisten, dan tidak pantang menyerah adalah kunci kesuksesan. Kita bisa melihat, skuad Leicester hanya biasa-biasa saja, tetapi akibat selalu melakukan hal "kecil" tapi selalu konsisten, pasti akan membuahkan hasil. Lihat saja, walau menang 1-0 pun itu lebih berarti daripada kalah 5-6. Itulah hal kecil yang gue katakan konsisten.
Congrats Leicester City, Well done.
Perubahan besar tidak terjadi seketika, perubahan terjadi secara perlahan tetapi konsisten
Gue rasa semua yang berada di leicester city selalu fokus sama pertandingan. Gak memikirkan pertandingan yang akan datang ataupun yang sudah berlalu. Jadinya mereka selalu semangat dan serius tiap pertandingan.
BalasHapusMenang tetaplah menang, walaupun skor hanya 1:0.
Ya, gue juga termotivasi setelah tau juara premier league tahun ini. Bahwa mimpi untuk menjadi sukses itu bisa saja terjadi asal kita tekun dan selalu fokus sama apa yang sedang kita lakukan sekarang. Tapi, yang kita lakukan sekarang haruslah sesuai dengan visi.
Jujur aku gak begitu ngerti masalah bola. E...tapi gara2 nonton berita mengenai Lester ini aku jd penasaran, klub bola yg biasa2 dan sering dipandang sebelah mata malah bisa juara, keren hohohoho
BalasHapusTerkadang kita terlalu asik dengan prestasi2 membanggakan klub yg memang sudah besar dan tenar, nah ini jadi motivasi tersendiri spy kita juga harus konsisten mengejar sesuatu. Hidup Lester...hiduuup
faktor tim2 lain gak konsisten juga sih leicester bisa juara. Bukti nyata adalah pesaingnya cuma tottenham sampe akhirnya fix juara. Pernah baca di panditfootball juga padahal leicester nargetin juara itu taun 2018, eh 2016 udah juara. gue juga heran kok bisa ya? pake dukun apa ini haha. Bangga bisa jadi saksi sebuah sejarah. bakal sulit keulang kisah kayak leicester ini..
BalasHapusAku nggak paham bola haha. Tapi sesuai judulnya, hal positif yang aku ambil dari postingan ini ya konsistensi. Bener sih, lebih baik melakukan hal baik kecil-kecil, sedikit-sedikit, tapi sering. Ketimbang melakukan hal yang besar tapi jarang. Lah, lama-kelamaan malah males loh. Beneran.
BalasHapusJadi kegigihan dan konsistensi mereka dari klub biasa-biasa aja sampai bisa jadi juara itu perlu dicontoh kayaknya. Hebat!
Baca postingan ini aku jadi manggut2 sendiri, bener juga soalnya. Semua yang dilakukan perlahan dan konsisten pasti akan menjadi sesuatu yang besar. Salah satunya apa yang dilakukan oleh club Leicester City tersebut.
BalasHapusItu merupakan sebuah sejarah besar di sepakbola inggris. Aku yakin kunci utamanya ada di Claudio Ranieri. Beliau pinter banget manage anak buahnya karena sudah belajar dari pengalamannya yang lalu.
Begit juga Vardy. Passion dia terhadao sepak bila yang kuat bisa menjadikannya seperti itu. Padahal dia dulu hanya pekerja buruh pabrik biasa ya.
Bhak~ Leicester City emang tim yang lagi konsisten, ya ini hasilnya kalau konsisten pasti setimpal balasannya.
BalasHapusGara-gara Leicester menang dampaknya juga banyak orang yang main PES pakai Leicester termasuk gue, sih. :v
Tapi emang oke banget pakai Leicester gue bisa imbangin temen gue makai Barca atau Madrid, asal Vardi, Okazaki, Inler, Mahrez, Dringwater gak cedera semua aman...
Oke, gue malah curhat -___-
leichester city memang club yang tak terduga-duga bisa juara liga inggris,.. salut dengan club tersebut. apakah musim selanjutnya bisa mempertahankan gelarnya
BalasHapusCukup menginspirasi...
BalasHapusGue ga terlalu ngikutin trend-trend sepak bola sih, tapi pas gue baca tentang leceister city di postingan ini jadi mangut-mangut sendiri. Jadi inget anime eyeshield 21, mungkin bagus kalo dibikin film dokumenter, (Atau mungkin terlalu cepat).
Konsistenitas vardy juga bikin gue mangut-mangut, mulai dari dia yang jadi buruh pabrik sampe jadi pesepak bola kayak sekarang, menurut gue itu proses yang menginspirasi.
walau pun gue nggak ngerti dunia pesepakbola, tapi dari situgue bisa belajar pengalaman hidup seseorang ya emang untuk menjadi sukses itu tidak instant dan tidak mudah. butuh kerja keras, pantang menyerah dan juga konsistensi. tuh bayangin aja dari buruh pabrik jadi legenda sepakbola sampai bisa mengharumkan negaranya, mana terkenal lagi. Keren!!
BalasHapusKayaknya cowok yang nggak ngerti soal bola di sini cuma gue deh, satu-satunya tim sepakbola yang gue tau adalah Real Madrid. Itupun cuma gara-gara PES. Jadi dari kecil, gue ga gitu tertarik sama sepak bola. Tapi pas masuk kuliah, semua lingkaran pertemanan gua mulai dari teman kampus sampe temen-temen SMA pasti pada main PES. Supaya tidak ketinggalan, gue akhirnya latihan main PES sampai nginstall PES segala di laptop dan latihan dengan keras dengan tips dan trik dari Youtube.
BalasHapusIya, gue seserius itu.
Gue seserius itu belajar dan latihan PES spaya tidak ketinggalan pergaulan.
Berkat konsistensi gue itu, gue yang awalnya gak bisa main PES dan selalu dibantai 9:0 bisa bangkit dari keterpurukan. Sekarang, tiap kali kita main liga/cup, gue bisa menunjukkan perkembangan itu. Gue cuma kalah 3:0.
GUe akan menjadikan pengalaman Leicester untuk dorongan ke depannya.
Salam olahraga, yes.
Tim ini walaupun menangnya selalu tipis tapi selalu konsisten, dan kabarnya akan ada film khusus tentang Leicester City, nggak sabar nunggu filmnya.
BalasHapusDan wow nya Claudio Ranieri mungkin jadi pembuktian ke kita semua, bahwa Game Football Manager itu bukan hanya sekedar game. Dia (Claudio Ranieri) membuktikan FM Itu nyata.
Keren !!
Para pemainnya dulu juga bukan pemain yang penting. Vardy dan Kane pernah duduk di bangku cadangan Leicester beberapa tahun lalu. Dan liat sekarang, keduanya bersaing di daftar topskor BPL.
Gue juga penikmat bola. Dan gue juga cukup kaget penampilan Leicester Musim ini yang luar biasa kerennya.
BalasHapusIya bener judul-nya. Konsisten. Salut :D